Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2015

games holic

Cerita ini di mulai saat hari minggu pagi aku sedang melakukan aktivitas ku biasanya, aku memulai hariku dengan coklat panas dan sepotong sandwich yang baru saja aku buat. Oh iya aku lupa memperkenalkan diri, namaku Horgant Velice, panggil saja aku Horgant, aku tidak seperti anak pada umumnya, aku penggemar games yang biasa di sebut gamers, dan tidak seperti penggemar games pada umumnya, aku biasa belajar dalam game, di dalam game aku bisa menghafalkan bahasa inggris dengan mudah dan menyenangkan, tapi aku juga selalu membatasi diri agar tidak terlalu lama saat bemain game. Saat aku bermain game tiba tiba “jgeeerrrr” suara listrik menghantam console game ku dan seketika aku tidak sadar, dan inilah awal cerita Beberapa menit kemudian, aku tersadar di sebuah dunia yang aku tidak tahu namanya. Kukira aku sudah mati karena getaran listrik yang menghantamku, kalau dilihat-lihat dunia ini persis seperti game. Aku melihat ada seorang kakek-kakek, sepertinya ia sudah cukup lama

petaka main petak umpet

Suasana rumahku seperti biasa sepi jika mama papa belum pulang kerja.. Tak seperti biasanya sedari tadi adik ku sangat rewel dia ingin main tapi aku sangat sibuk dengan tugas sekolahku. “Dik sampai kapan kau akan menangis?” kataku kesal dengan suara bisingnya “Sampai kau ingin bermain denganku” pintanya “Tapi aku sibuk dengan tugasku, aku akan menemanimu bermain setelah tugasku selesai” kataku “Ok, kau harus menepati janji itu Angga” “Iya aku mengerti Sarah, sudah kau jangan menangis lagi aku tak bisa berkonsentrasi” 30 menit berlalu kini aku telah menyelesaikan tugasku, Sarah pun menghampiriku “Bagaimana dengan tugasmu, apa sudah selesai” tanya Sarah “Ya sudah selesai, sekarang kau ingin bermain apa?” tanyaku padanya “Petak umpet, bagaimana apa kau bersedia?” tanyanya “Apa!! Apa kau sudah gila ini sudah malam bagaimana kalo ada sesuatu yang terjadi padamu atau padaku” kataku membentaknya “Ahh pecundang kau Angga, aku yakin tak akan ada yang terjadi dengan kita” jawabnya

memori

Hari masih gelap, tetapi sekolah sudah terlihat ramai. Hari itu murid-murid kelas 3 akan berdarmawisata, sekaligus akan mengadakan acara perpisahan di Sukabumi. Aku dan teman-teman pagi-pagi sekali sudah tiba di sekolah dan siap untuk berangkat. Kira-kira pukul setengah enam pagi kami telah berangkat dengan menggunakan bis. Sepanjang perjalanan, kami berdiskusi untuk mempersiapkan kembali rencana yang telah kami buat, untuk acara perpisahan nanti. “Seperti yang telah kita rencanakan kemarin,” Lintang sang ketua kelas membuka diskusi, “Jadi nggak, kelas kita nyanyi buat acara perpisahan?” sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh teman-temannya. “Jadi lah, Lin. Masa udah capek-capek latihan terus nyanyinya nggak jadi,” kata Oliv, yang kemudian disambut anggukan dari teman-teman lainnya. “Oke, oke, sebentar. Aku mau catet dulu sumbangan acara dari kelas kita,” kata Lintang, kemudian mulai mencatat. “Ada lagi nggak, nih, yang mau nyumbang acara? Selain tadi, yang nyanyi se

perjalanan ke kota tua

Bulan kemarin kami sedang jalan-jalan di Kebun Raya Bogor karena kami pecinta Traveling dan terpikirlah acara jalan-jalan selanjutnya kami akan pergi ke Kota Metropolitan Jakarta tepatnya di kawasan wisata Kota Tua atau yang biasa disebut dengan Kotu. Setelah perencanaan selama 1 bulan akhirnya tiba lah waktunya kita berangkat ke Kotu, dari Bogor kami cuman membawa persiapan yang paling terpenting saja yaitu modal nekat dan UANG. Kita kumpul di Ciawi jam 8, tapi kenyataannya malah pada lebih dari jam 9, itu lah kami, kalau disuruh kumpul jam 8 pasti kita jam segitu berangkat dari rumahnya namanya juga orang Indonesia selalu ngaret (alias jam karet) hehehe. Karena perjalanan menuju Ciawi lumayan jauh dari rumah, Saya, Ela, dan Apit kejebak macet di Caringin, akhir-akhir ini Caringin bikin macet kendaraan karena jembatan Caringin ambruk, maka sedang dalam perbaikan tapi tetap saja sudah sekitar 3 bulan dari ambruknya jembatan lalu diperbaiki belum selesai juga, padahal di

membenci tanpa alasan

Malam berkabut yang menyelimuti rumah dian, membuat hatinya semakin kelam, yang kemudian tak terasa tetesan air matanya jatuh di buku yang ditulisnya. Ditulisnya sebuah kata yang berasal dari hatinya “tuhan, kumohon tolong aku, jangan biarkan dia menyakitiku lagi.” kata itu pasti dan penuh makna, dan membuatnya tertidur di meja belajar yang diterangi lampu berwarna kuning menyala. Kringgg… Alarm jam bekernya berbunyi, dan menunjuk ke angka tujuh kurang 15 menit, dian melihat sampai-sampai dia terkaget meliat jam menunjuk ke angka tujuh kurang 15 menit. Akhirnya dia bergegas mandi, lalu dia bergegas berangkat ke sekolahnya. Sesampainya dia memasuki kelas, semua teman sekelasnya mentertawakannya, karena tanpa dia sadari, di rambut sebahunya yang lurus dan berwarna hitam, sisirnya masih tersangkut di rambutnya. Setelah dia duduk, tiba tiba lulu, teman sebangkunya mengambil sisir yang ada di rambutnya, sambil wajahnya yang cemberut, “kenapa, terburu-buru?”. Dengan wajah gu

curahan hati pompom

Sang senja kembali menyapa. Matahari jingga beringsut menghilang, digantikan ufuk-ufuk merah pertanda waktu maghrib akan segera datang. Saatnya aku harus segera kembali ke rumah. Dari segelintir cerita orang tua dulu yang kudengar, setan sedang asyik berseliweran mencari mangsa ketika maghrib berkumandang. Tentunya aku tak mau terlibat urusan apapun dengan makhluk TUHAN itu. Dengan penuh semangat kulangkahkan kaki, tak peduli ada miss cathy yang menggodaku dengan suara nakalnya. “Maaf yah aku masih anak kecil.” Aku sebenarnya suka di rumah tapi karena ulah manusia yang satu itu, aku jadi menghindari rumah itu lebih baik bagi ketenangan jiwa dan raga. Aku tidak membencinya, aku hanya kurang suka dengan perlakuannya. Coba kalian bayangkan hampir setiap hari dia mencolek diriku, itu kan pelecehan, atau ketika aku sedang asyik terbuai mimpi, dia akan datang dan menggangguku. Ditambah dia juga sering mengataiku bau mulut, memang sih aku tak pernah sikat gigi tapi kan tidak us

harimau makan durian

Dahulu kala, di daerah jambi terdapat kerajaan kerajaan kecil. Mereka hidup damai berdampingan. Suatu hari, seekor harimau kelaparan yang sangat buas, mengacau desa tersebut. Harimau memakan ternak dan menyerang warga desa. Puluhan warga mengalami luka luka serius. Situasi yang sangat darurat memaksa raja turun tangan. Raja memerintahkan seorang prajurit pilihan untuk mengatasi hal tersebut. “Wahai prajuritku, kau kuberi mandat untuk menangani harimau yang mengganggu wargaku!” perintah raja kepada Roman, sang prajurit pilihan. Di tengah hutan, Roman berkelahi dengan sang harimau. Roman terluka parah. Roman berlari dan terus berlari hingga sampai di desa kemingking yang terkenal karena duriannya. Roman memasuki desa kemingking dan harimau terus mengejarnya. Roman melawan harimau itu dengan sekuat tenaga. Melihat banyak durian yang jatuh, Roman pun menggunakan durian itu sebagai senjata. Ia melemparkan durian durian itu ke arah harimau. “Ampuni aku wahai prajurit. Aku ti

cerita antara spon dan kapas

Dulu, hiduplah para hewan dan benda-benda yang unik yaitu kura-kura, burung, kapas, spon dan banyak lagi, di antara mereka ada 2 sahabat yang sangat erat yaitu kapas dan spon, kapas tinggal di darat dan spon tinggal di air, dan di antara spon dan kapas ada sebuah kura-kura yang ingin bisa bermain dengan mereka. Pada musim panas di suatu pantai bernama pantai kelapa. Kura-kura itu melihat spon dan kapas bermain di tepi pantai, karena merasa kesepian kura-kura itu menghampiri mereka, “hai bolehkah aku ikut bermain bersama kalian” ucapnya dengan malu-malu “aku Kapas, aku adalah sebuah kapas, itu namaku” ucap Kapas “aku Spon itu namaku” ucap Spon sambil menjabat tangan Turtel. Semenjak musim itu Turtel selalu bersama kapas dan spon, namun kedua sahabatnya itu tak pernah menganggap Turtel ada di antara mereka, hingga Turtel pun mencari akal untuk bisa bersahabat dengan mereka, ia pun mengunjungi rumah burung merpati putih untuk meminta saran. “jadi apa yang bisa aku lakukan

si kancil suka bersedekah

Halo aku adalah seekor kancil hidupnya di hutan hujan tropis di Pulau Jawa, tepatnya di daerah Kabupaten Bandung, di hutan tempat tinggalku belum ada sistem pemerintahan, dan mungkin tidak pernah ada. Manusia bilang kami memakai hukum rimba dan hukum alam, entah mengapa padahal kami tidak pernah menciptakan hukum itu. Di hutan ini aku hidup secara soliter, begitulah cara hidup kancil. Kecuali sewaktu aku balita, aku hidup dengan ibuku yang sekarang pergi mengembara mencari makan dan mencari suami baru. Aku adalah makhluk yang suka makan tumbuh-tumbuhan bahkan tadi aku makan mentimun segar dari kebun pak tani, sebenarnya aku sangat tertarik makan daging tapi kata ibuku dulu itu melawan hukum alam. Aneh memang padahal kami para hewan tidak dituntut untuk taat hukum. Ya sudahlah daripada dijauhi teman-teman, aku malah makin soliter. Mungkin nanti aku akan membuat bingung para hewan, mungkin aku dikira omnivor padahal tidak demikian. Aku kancil yang mempunyai rasa ingin tah

octo, gurita merah yang pelit

Hoaaammm… Octo masih mengantuk ketika Ibu membangunkan Octo dari tidurnya, “ayo Octo, bangun. Kamu tidak mau terlambat kan di hari pertamamu ke sekolah?” Octo, gurita merah kecil itu hanya mengeliat dan mengubah posisi tidurnya sambil bergumam kepada ibunya, “lima menit lagi, Bu. Octo masih ngantuk.” Ibu Octo menggeleng-gelengkan kepalanya. Octo, gurita kecilnya ini sudah dari tadi dibangunkan. Kebiasaan tidurnya yang sampai siang ini harus diubah karena Octo akan memasuki sekolah pertamanya dan tentunya akan bersekolah hampir setiap hari. Ibu Octo sudah berusaha membangunkan Octo dengan cara yang lembut, yaitu hanya mengguncangkan tubuh Octo sedikit dan menyuruhnya bangun. Tetapi sepertinya cara itu tidak mempan bagi Octo-nya, dan Octo pun selalu mengeluhkan “lima menit lagi, Bu”. Kalau sudah begini, saatnya menggunakan cara lebih keras. “Baiklah gurita kecilku. Jika kamu memang tidak ingin sekolah, kamu bukanlah anak Ibu lagi. Silahkan kamu cari Ibu baru di luar sa

LDR

Aku, sebut saja namaku dinda. aktivitas keseharian ku bekerja dan kuliah. di suatu pagi saat di kampus aku memutuskan meminjam buku di perpustakaan, untuk mencari buku yang sedang aku cari statistik ekonomi bisnis tentunya. di saat yang sama kebetulan ada seorang laki-laki yang menghampiriku, dia juga membutuhkan buku yang hanya tinggal satu tersebut. kemudian kami saling berkenalan dan tukar menukar pin bb, dari situ aku mengetahui namanya. setelah kejadian tersebut tak lama pemberitahuan di bb pun masuk. ternyata dari zian. dia berniat mengajak ku untuk mengerjakan tugas kampus bersama yang kebetulan kami memiliki dosen yang sama. aku pun menyanggupi keinginannya. Keesokan harinya aku menemuinya di perpustakaan saat pertama kali kita bertemu. kemudian mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh dosen 2 hari yang lalu. ku akui kemampuannya sangat sangat baik di bidang ekonomi. dari situlah aku mulai menyukainya, apalagi saat sempat mengobrol panjang lebar dia mengatakan k

penantian yang sia-sia

Masa ini adalah masa yang menyenangkan bagi setiap anak yang akan melakukan transisi dari remaja ke dewasa yapz tentu saja masa itu masa SMA, mungkin setiap anak SMA tidak akan bisa melupakan cerita SMA yang pernah mereka alami. Begitupun denganku, walau sekarang aku sudah kuliah, sudah menjadi mahasiswa bukan anak SMA lagi, tapi kenangan di SMA itu masih terbayang jelas dalam memoryku. Itu tidak akan terlupakan, karena saat itu adalah saat yang sangat indah. Di SMA lah aku ketemu dia, dia cinta pertamaku. Yang kini sedang kuliah di luar negeri. Hari ini aku sangat senang sekali, Pukul 13.00 siang ini aku akan bertemu dengannya, karena siang ini dia akan pulang dari London untuk berlibur. Sejak pukul 10.00 aku telah sampai di bandara, aku tidak mau terlambat menjemputnya. Sebenarnya hari ini aku ada kuliah tapi demi dia aku tinggalkan kuliah hari ini. Waktu terus berlanjut tanpa ku sadari jam kecil yang berada di tanganku, hampir menunjukkan pukul 13.00, aku sudah tidak

kue buat mama

“yaaannn…” teriak seorang wanita berusia 25 tahun yang sedang mencari anaknya di sekitar halaman rumah “oh ternyata kamu di sini sayang… ayo ikut mama!! Kamu itu udah waktunya tidur” tutur wanita tersebut sambil menggendong anaknya yang bernama Dian itu dan membawanya masuk ke dalam kamar kemudian menidurkannya. Sari, itu adalah nama yang biasa dipanggil orang-orang kepadanya. Dia memiliki seorang anak dan suami, dia memiliki ibu yang sudah berusia setengah abad lebih. Mereka hidup bahagia dan kecukupan bahkan anak nya, Dian itu sangat dimanja oleh ayahnya dan nenek nya. Karena dalam keluarga nenek nya hanya Dian lah cucu perempuan pertama maka dari itu nenek nya sangat memanjakannya, apapun yang diminta Dian selalu dituruti. Setelah Dian berusia 13 tahun, Dian dan ayahnya selalu memberikan kejutan di hari ulang tahun Sari, mama nya itu. Hingga membuat Sari semakin bahagia. Tetapi saat Dian berusia 15 tahun, ayahnya meninggal. “Papa… kenapa papa pergi meninggalkan Dia