penantian yang sia-sia
Masa ini adalah masa yang menyenangkan bagi setiap anak yang akan
melakukan transisi dari remaja ke dewasa yapz tentu saja masa itu masa
SMA, mungkin setiap anak SMA tidak akan bisa melupakan cerita SMA yang
pernah mereka alami. Begitupun denganku, walau sekarang aku sudah
kuliah, sudah menjadi mahasiswa bukan anak SMA lagi, tapi kenangan di
SMA itu masih terbayang jelas dalam memoryku. Itu tidak akan terlupakan,
karena saat itu adalah saat yang sangat indah. Di SMA lah aku ketemu
dia, dia cinta pertamaku. Yang kini sedang kuliah di luar negeri.
Hari ini aku sangat senang sekali, Pukul 13.00 siang ini aku akan bertemu dengannya, karena siang ini dia akan pulang dari London untuk berlibur. Sejak pukul 10.00 aku telah sampai di bandara, aku tidak mau terlambat menjemputnya. Sebenarnya hari ini aku ada kuliah tapi demi dia aku tinggalkan kuliah hari ini.
Waktu terus berlanjut tanpa ku sadari jam kecil yang berada di tanganku, hampir menunjukkan pukul 13.00, aku sudah tidak sabar ingin cepat-cepat melihatnya. Tapi sampai jam kecil itu menunjukkan pukul 15.00 dia belum juga menampakkan batang hidungnya. Aku mulai lelah menunggu, terus ku pandangi arah tempat orang-orang keluar dari pesawat itu.
Ketika aku akan menyerah untuk menunggunya dan aku putuskan untuk pulang, tiba-tiba sosok yang aku nanti dari tadi sedang berjalan keluar menuju ke arahku dengan senyum mengembang di wajahnya, dengan cepat ku berlari ke arahnya dan ku peluk tubuhnya, ya dia adalah kekasihku Beni. Tapi belum puas aku melepaskan rindu padanya, tiba-tiba seorang perempuan seusiaku dan dia tidak terlihat seperti wanita bule berjalan ke arahku dan merangkul pergelangan tangan Beni. Kutanyakan siapa perempuan itu, dia menjawab dengan gugup dan terbata-bata, yang akhirnya jawabanku dijawab oleh perempuan yang nggak aku kenal itu, “perkenalkan nama ku Lila, aku pacarnya Beni.”
Mataku terbelalak dan sangat terkejut mendengar jawaban cewek itu, aku benar-benar terkejut dan tak tahu harus bagaimana, air mataku jatuh dan mulutku tidak mampu mengeluarkan kata-kata. Mendengar keterangan cewek itu aku nerasa berada dalam mimpi buruk, aku ingin cepat-cepat terbangun dari mimpi buruk itu, ku cubit pipi ku terasa sakit aku sadar ini nyata, Perlahan aku membalikan badan dan pergi meninggalkan mereka.
Aku tidak percaya, orang yang sangat aku sayangi dan aku rindukan, pulang dengan cewek lain yang berstatus pacarnya, mana janji dia yang dulu akan kembali untukku di Indonesia, mana kata setia dan kata manisnya selama ini padaku. Kata itu hanya kebohongan yang dirangkai oleh seorang cowok seperti Beni.
Aku menyesal telah memilih menunggunya dari pada kuliah, penantian ku sia-sia selama ini, penantianku tidak di hargainya, kesetianku di khianatinya. Hatiku yang tulus untuknya kini dilukainya dengan sebuah pisau yang sangat tajam.
Seminggu sudah aku tidak bertemu maupun melihatnya, aku memang tidak ingin melihatnya. Melihatnya sama saja dengan menorehkan luka di hatiku lagi. Aku juga tidak pernah mendengar kabarnya. Dia pun tidak pernah lagi menghubungiku saat ini, hanya dulu ketika pertama kali dia datang ke Indonesia dia pernah menghubungiku beberapa kali dan menemuiku sekali ketika aku berada di kampus. Waktu itu dia ingin menjelaskan kejadian yang di bandara tetapi aku tidak memberinya kesempatan. Setelah itu tidak pernah lagi aku melihatnya dan bertemu denganya. Selamat tinggal beni, selamat tinggal masa lalu… aku kan jalani hidup ini tanpamu sekalipun…
Hari ini aku sangat senang sekali, Pukul 13.00 siang ini aku akan bertemu dengannya, karena siang ini dia akan pulang dari London untuk berlibur. Sejak pukul 10.00 aku telah sampai di bandara, aku tidak mau terlambat menjemputnya. Sebenarnya hari ini aku ada kuliah tapi demi dia aku tinggalkan kuliah hari ini.
Waktu terus berlanjut tanpa ku sadari jam kecil yang berada di tanganku, hampir menunjukkan pukul 13.00, aku sudah tidak sabar ingin cepat-cepat melihatnya. Tapi sampai jam kecil itu menunjukkan pukul 15.00 dia belum juga menampakkan batang hidungnya. Aku mulai lelah menunggu, terus ku pandangi arah tempat orang-orang keluar dari pesawat itu.
Ketika aku akan menyerah untuk menunggunya dan aku putuskan untuk pulang, tiba-tiba sosok yang aku nanti dari tadi sedang berjalan keluar menuju ke arahku dengan senyum mengembang di wajahnya, dengan cepat ku berlari ke arahnya dan ku peluk tubuhnya, ya dia adalah kekasihku Beni. Tapi belum puas aku melepaskan rindu padanya, tiba-tiba seorang perempuan seusiaku dan dia tidak terlihat seperti wanita bule berjalan ke arahku dan merangkul pergelangan tangan Beni. Kutanyakan siapa perempuan itu, dia menjawab dengan gugup dan terbata-bata, yang akhirnya jawabanku dijawab oleh perempuan yang nggak aku kenal itu, “perkenalkan nama ku Lila, aku pacarnya Beni.”
Mataku terbelalak dan sangat terkejut mendengar jawaban cewek itu, aku benar-benar terkejut dan tak tahu harus bagaimana, air mataku jatuh dan mulutku tidak mampu mengeluarkan kata-kata. Mendengar keterangan cewek itu aku nerasa berada dalam mimpi buruk, aku ingin cepat-cepat terbangun dari mimpi buruk itu, ku cubit pipi ku terasa sakit aku sadar ini nyata, Perlahan aku membalikan badan dan pergi meninggalkan mereka.
Aku tidak percaya, orang yang sangat aku sayangi dan aku rindukan, pulang dengan cewek lain yang berstatus pacarnya, mana janji dia yang dulu akan kembali untukku di Indonesia, mana kata setia dan kata manisnya selama ini padaku. Kata itu hanya kebohongan yang dirangkai oleh seorang cowok seperti Beni.
Aku menyesal telah memilih menunggunya dari pada kuliah, penantian ku sia-sia selama ini, penantianku tidak di hargainya, kesetianku di khianatinya. Hatiku yang tulus untuknya kini dilukainya dengan sebuah pisau yang sangat tajam.
Seminggu sudah aku tidak bertemu maupun melihatnya, aku memang tidak ingin melihatnya. Melihatnya sama saja dengan menorehkan luka di hatiku lagi. Aku juga tidak pernah mendengar kabarnya. Dia pun tidak pernah lagi menghubungiku saat ini, hanya dulu ketika pertama kali dia datang ke Indonesia dia pernah menghubungiku beberapa kali dan menemuiku sekali ketika aku berada di kampus. Waktu itu dia ingin menjelaskan kejadian yang di bandara tetapi aku tidak memberinya kesempatan. Setelah itu tidak pernah lagi aku melihatnya dan bertemu denganya. Selamat tinggal beni, selamat tinggal masa lalu… aku kan jalani hidup ini tanpamu sekalipun…
Komentar
Posting Komentar