curahan hati pompom

Sang senja kembali menyapa. Matahari jingga beringsut menghilang, digantikan ufuk-ufuk merah pertanda waktu maghrib akan segera datang. Saatnya aku harus segera kembali ke rumah. Dari segelintir cerita orang tua dulu yang kudengar, setan sedang asyik berseliweran mencari mangsa ketika maghrib berkumandang. Tentunya aku tak mau terlibat urusan apapun dengan makhluk TUHAN itu. Dengan penuh semangat kulangkahkan kaki, tak peduli ada miss cathy yang menggodaku dengan suara nakalnya. “Maaf yah aku masih anak kecil.”
Aku sebenarnya suka di rumah tapi karena ulah manusia yang satu itu, aku jadi menghindari rumah itu lebih baik bagi ketenangan jiwa dan raga. Aku tidak membencinya, aku hanya kurang suka dengan perlakuannya. Coba kalian bayangkan hampir setiap hari dia mencolek diriku, itu kan pelecehan, atau ketika aku sedang asyik terbuai mimpi, dia akan datang dan menggangguku. Ditambah dia juga sering mengataiku bau mulut, memang sih aku tak pernah sikat gigi tapi kan tidak usah mempermalukan sampai ke titik nadir. Tapi herannya manusia itu suka menciumku setelah menjatuhkan harga diriku (sungguh terlalu bukan???) bahkan dia akan memelusku dengan lembut setelah sebelumnya memukul pantatku. Wah, benar-benar aneh manusia ini, jangan-jangan dia termasuk manusia yang berkepribadian ganda (is syeremm). Aku rasa dia belum mengerti bahwa aku juga punya HAK yang dilindungi undang-undang. Kalian tahu kan HAK, hak asasi kucing. (dilarang protes)
Namaku Pom-Pom meskipun dia lebih sering memanggilku Mandut, entah apa artinya. Sebenarnya sih aku mau protes, aku juga mau nama yang keren. Felix kek! Brian O Connor kek! Atau mungkin William, kedengarannya lebih bagus, tapi dasar manusia sesukanya sendiri. Ngasih nama seenaknya padahal yang menjalani hidup kan aku sendiri. Aku memang terlahir dengan fisik yang hampir sempurna, mungkin karena itu orang-orang sangat menyayangiku. Aku memang ngegemesin, perutku agak bulat tapi masih proporsional beda banget tuh ma tuh manusia udah gendut, item lagi. Mataku Bulat dan kuning, selalu menyala dalam kegelapan. Pokoknya aku termasuk kucing yang paling te o pe be ge te di kalangan kucing kampung di daerahku. Memang wajahku paling tampan dan terkenal sangat tangkas dalam berburu tikus, tapi lebih jago lagi jika aku mendengar suara piring yang beradu dengan sendok maka aku akan langsung datang meskipun saat itu aku sedang terbuai mimpi indah. Kalian pasti tahu, itu pertanda waktunya makan.
Tapi sesuatu yang aneh terjadi padanya hari ini. Dia memelukku sangat erat hingga aku tak bisa bernafas. Aku meronta-ronta dan dia mulai melonggarkan pelukannya. Aku menatap wajahnya, Nampak butiran air terjatuh menimpa bulu halusku. Ada apa dengannya? Kenapa dia menangis? Pertanyaan-pertanyaan itu muncul di benakku.
Seharian dia murung dan hanya mengurung diri di kamar. Aku kasihan padanya, meskipun seringkali dia melecehkanku tapi kan dia masih setia memberiku makan. Aku mendatanginya dan mencoba mengajaknya bermain seperti yang sering dia lakukan padaku. Dia tidak terpengaruh sedikitpun.
Aku jadi sedih melihatnya seperti itu, aku lebih suka dia menggodaku dan kemudian dia akan tertawa keras setelahnya. Ini bukan dia, apakah kiranya yang sedang menimpanya? Atau mungkin saat ini dia sedang patah hati tapi setahuku hanya aku satu-satunya pria dalam hidupnya. Aku tetap setia berbaring di dekatnya berharap dia akan bercerita kepadaku seperti sebelum-sebelumnya.
Dan saat itu pun datang, dia mulai membuka mulutnya dan terdengarlah
“Pom-Pom gigiku sakit, jangan buat keributan di sampingku kalo kamu masih ingin hidup” katanya sadis.
What??? Jadi semua ini hanya tentang sakit gigi. Ternyata penyakit yang satu ini dapat merubah perilaku seseorang. Aku tertawa jahat tapi tetap versi kucing. Jadi yang terdengar di telinganya hanyalah meonganku
Makanya jangan suka ngatain orang eh kucing.
Padahal kan kamu rajin banget sikat gigi, beda banget denganku yang kau sebut mister bau mulut karena tak pernah sikat gigi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Doodle Art

Neraca Pembayaran

Pertumbuhan, Kesenjangan dan Kemiskinan