petaka main petak umpet

Suasana rumahku seperti biasa sepi jika mama papa belum pulang kerja.. Tak seperti biasanya sedari tadi adik ku sangat rewel dia ingin main tapi aku sangat sibuk dengan tugas sekolahku.
“Dik sampai kapan kau akan menangis?” kataku kesal dengan suara bisingnya
“Sampai kau ingin bermain denganku” pintanya
“Tapi aku sibuk dengan tugasku, aku akan menemanimu bermain setelah tugasku selesai” kataku
“Ok, kau harus menepati janji itu Angga”
“Iya aku mengerti Sarah, sudah kau jangan menangis lagi aku tak bisa berkonsentrasi”
30 menit berlalu kini aku telah menyelesaikan tugasku, Sarah pun menghampiriku
“Bagaimana dengan tugasmu, apa sudah selesai” tanya Sarah
“Ya sudah selesai, sekarang kau ingin bermain apa?” tanyaku padanya
“Petak umpet, bagaimana apa kau bersedia?” tanyanya
“Apa!! Apa kau sudah gila ini sudah malam bagaimana kalo ada sesuatu yang terjadi padamu atau padaku” kataku membentaknya
“Ahh pecundang kau Angga, aku yakin tak akan ada yang terjadi dengan kita” jawabnya
“Aku tak ingin main itu lebih baik aku bermain barbie dari pada aku harus main petak umpet di malam hari apa lagi ini malam jum’at” kataku menakutinya
“Apa kau masih percaya tahayul seperti itu Angga ini sudah jaman internet tapi kau masih saja mempercayai hal-hal mistis seperti itu” katanya menyindirku
“Apa kau tak ingat kejadian yang terjadi dengan om ivan dan tante Luna 2 tahun yang lalu” kataku
“Kecelakaan mobil itu? Angga itu kecelakaan mobil akibat kelalaian om Ivan yang sedang mengantuk dan menabrak pembatas jalan” jawab Sarah tak mau kalah
“Iya tapi sebelumnya mereka memasuki rumah yang katanya angker dan mengambil salah satu barang dari rumah tersebut Sarah, apa kau tak berpikir bahwa penghuni rumah tersebut mengikuti mereka?”
“Sudahlah Angga stop membahas itu lagi aku muak dengan kisah seperti itu, aku tau kau itu sebenarnya takut kan” kata Sarah dengan nada sinis
“Aku tak takut tapi aku tak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada kita Sarah”
“Angga sudahlah jika kau tak ingin bermain aku juga tak masalah sekarang aku tau seberapa pengecutnya dirimu Angga”
“Stop memanggilku pengecut Sarah aku bukan seorang pengecut, kau harus tau itu” kataku membentaknya
“Buktikanlah kalau memang kau bukan pengecut”
“Apa kita harus main petak umpet?”
“Ya Angga”
“Oke, aku menerima tantanganmu Sarah” kataku sambil menatapnya tajam
“Baiklah aku yang jaga, kau yang sembunyi terserah kau mau bersembunyi dimana kecuali kamar mandi” katanya
“Oke, kau hitung sampai 20” kataku menengaskan
“Baiklah”
Aku memilih bersembunyi di balik kursi ruang tamu, keadaan disana remang-remang karena hanya mendapat cahaya dari lampu depan tak seperti di ruang keluarga yang terang, Sarah mencariku dia tak menyadari aku ada di balik kursi walau dia mondar-mandir di sekitar ruang tamu.
“Angga dimana kau?” tanyanya aku tak menjawab tapi dia berjalan ke arah dapur “Jadi kau di dapur Angga, tunggu aku aku akan menemukanmu.”
“Apa yang Sarah bicarakan jelas-jelas aku dan ragaku ada di balik kursi ini tapi mengapa dia mecariku di dapur bukankah tadi aku tak menjawab” kataku bingung sedangkan bulu kudukku merinding

“Kalian dimana?” tanya mama yang baru membuka pintu aku keluar dari persembunyianku
“Aku disini mah?” kataku
“Apa yang kau lakukan disitu nak?
“Aku dan sarah sedang main petak umpet ma, di mana papa?” tanyaku
“Sedang memasukkan mobil ke dalam garasi” kata mama
“Mama sudah pulang” kata Sarah mengagetkan
“Iya” jawab mama meninggalkan kami berdua
“Angga bukannya kau bersembunyi di dapur?” tanya Sarah
“Tidak sedari tadi aku bersembunyi di balik kursi itu” kataku sambil menujuk kursi tersebut
“Apa yang kau bicarakan Angga apa kau ingin menakutiku, jelas-jelas aku mendengar suaramu di dapur Angga aku bukan anak kecil Angga”
“Sarah aku dari tadi bersembunyi di balik kursi itu, dan aku juga melihatmu mondar-mandir di sini tapi tiba-tiba kau berjalan menuju dapur aku juga heran mengapa kau pergi ke dapur” kataku meyakinkan Sarah
“Apa yang kau bicarakan? Dengan jelas aku mendengar suaramu dari arah dapur” katanya
“Sedang apa kalian, ayo kita makan malam” kata papa mencairkan suasana
Setelah selesai makan aku dan Sarah bergegas menuju kamar msing-masing
“Ingat Angga permainan kita belum berakhir” kata sarah membuatku merinding tapi aku tak menghiraukan ucapanya

Suasana sekolah hari ini cukup ramai aku berjalan menuu ruang kelasku di sana sudah ada Bobi, Maya dan Gissela tampaknya mereka sedang mengobrol tapi entah apa yang mereka bicarakan.
“Hay Angga, mengapa mukamu sangat lesu?” tanya Maya
“Gak papa hanya sedikit lelah” jawabku sambil meletakkan tas ku di meja
“Oh gitu” lanjut Maya
“Apa yang kau mainkan tadi malam Angga” tanya Gissela dengan kemisteriusannya
“Main? Apa yang kau bicarakan?” tanyaku bingung
“Aku tau tadi malam kau bermain sebuah permainan yang membuatmu” kata Gissela
“Membuatku apa?” tanyaku penasaran
“Diikuti sosok makhluk dunia lain, Katakan padaku apa yang kau mainkan semalam” lanjut Gissel
“Aku bermain petak umpet bersama adikku” jawabku
“Angga apa kau sakit berani bermain petak umpet di malam jum’at?” Tukas Bobi
“Itu karena adikku yang terus menerus menangis, dan dia mengatakan aku pengecut bagaimana aku tidak mengiyakan kemauaannya” kataku menjelaskan
“Angga kan sudah pernah ku bilang jangan pernah bermain sesuatu yang aneh pada malam jum’at, dan apa yang terjadi dengan adikmu?” kata Gissel
“Aku mengingat semua itu tapi adikku memaksaku aku juga sudah bilang kalau malam ini malam jum’at tapi dia sangat cuek bahkan aku menceritakan kejadian yang Om Ivan dan Tante Luna alami, tapi dia tetap tak mempercayainya dan ingin bermain” kataku
“Kau diikuti makhluk itu kan?” tanya Gissela
“Mungkin, aku juga dari tadi malam merasakan kehadiran mereka” jawabku
“Kau tau sebenarnya aku ragu bisa menyelesaikan masalah ini” tambah Gissela
“Ayolah bantu aku aku tak ingin seperti ini” kataku
“Oke, nanti malam kami akan menginap di rumahmu, bagaimana?” tanya Gissela
“Oke” jawab Bobi
“Tapi apa kalian yakin Ayahku akan mengizinkannya” kata maya
“Bilang saja kau menginap di rumahku” kata Gissela
“Oke” jawab Maya
“Oke, kalian akan datang jam berapa?” tanyaku
“5” jawab Gissela
“Ya, aku kan menunggu” kataku lagi
“Angga ingat ini jangan bermain sebelum kita datang” tutur Gissela
“Iya” kataku yang diselingi bel masuk

Aku Angga Ramadan seorang anak normal tapi dikaruniai kemampuan khusus aku bisa merasakan kehadiran makhluk gaib di sisiku, aku juga bisa melenyapkan mereka. Gissela adalah seorang anak yang mempunyai kemampuan khusus yang bisa melihat makhluk yang tak dapat dilihat manusia biasa dan dia sangatlah misterius. Bobi seorang anak yang memiliki kemampuan khusus juga dia bisa melihat kejadiaan yang akan terjadi di masa depan. Maya juga memiliki kemampuan khusus tapi dia hanya bisa mendengar suara-suara aneh saja. Dan Sarah adikku akhir-akhir ini dia sangatlah aneh entah apa yang sedang merasukinya aku merasakan itu.
Sore ini kotaku hujan besar sudah jam 5 tapi mereka belum juga datang kemungkinan mereka tak akan datang, Aku menunggu di depan beberapa menit hingga suara klakson mobil membuyarkan lamunanku.
“Angga buka pagarnya” teriak Bobi
“Iya” kataku berjalan ke arah mereka “Masuklah” lanjutku
“Dimana adikmu?” tanya Maya
“Dalam, dia sedang bermain di halaman belakang” kataku
“Oke, kita harus memainkan permainan itu lagi” kata Gissela
“Baiklah” kataku, Bobi dan Maya
“Panggilah adikmu” kata Gissela
“Iya, kalian masuk dulu” pintaku
Aku mencari adikku di halaman belakang
“Sarah” panggilku
“Ya ada apa?” tanyanya
“Apa kau mau melanjutkan permainan kita yang kemarin” tanyaku
“Iya, tapi ada apa dengan dirimu hari ini mengapa kau yang mengajakku?” tanyanya bingung
“Sudahlah kau jangan banyak bertanya, aku juga membawa teman-temanku katanya mereka ingin ikut bermain” kataku
“Baiklah” kata Sarah
“Ayo kita ke depan” ajakku
Di ruang tamu Bobi Gissela dan Maya sedang membicarakan sesuatu
“Sarah ini teman-temanku, yang ini Bobi, Maya dan Gissela” kataku memperkenalkan mereka
“Aku Sarah, sedang berkenalan dengan kalian” kata Sarah
“Sarah tadi kau sedang bermain dengan siapa?” tanya Gissela
“Dengan temanku, dia cantik dan baik” kata Sarah
“Temanmu dari mana dari tadi aku tak melihtnya Sarah” kataku
“Sudahlah Angga jangan kau banyak tanya” kata Gissela
“Ayo kita main, aku yang akan berjaga” kata Sarah
“Baiklah” kata kami berempat
“Sekarang kau hitung sampai 20” kata Bobi
Bermain petak umpet diselingi hujan dan petir menambah suasana seram. Kami semua bersembunyi, aku memilih bersembunyi di belakang lemari. Satu persatu ditemukan Sarah tapi Maya tak kunjung keluar dari tempat persembunyiannya. Kami mencarinya di setiap ruangan tapi tidak kunjung menemukannya.
“Angga, dia bersembunyi di dalam lemari” kata Sarah
“Jangan bercanda Sarah” kataku mengecek lemari
“Dia tak bercanda Maya memang bersembunyi di lemari ini tapi dia dibawa makhluk dunia lain ke alam mereka” kata Bobi
“Lalu sekarang apa yang akan kita lakukan” tanyaku bingung
“Salah satu dari kita harus menyusulnya” kata Gissela
“Siapa yang akan pergi?” tanyaku
“Biar aku saja Angga, aku yang menyebabkan semua ini terjadi” kata Sarah menyesal
“Tidak, biar aku saja” kata Bobi
“Apa yang kalian lakukan, yang bisa pergi kesana hanya orang yang bisa melenyapkan mereka” kata Gissela
“Aku Gissel, aku siap” kataku
“Tapi Angga ini kesalahanku biarkan aku yang menyelamatkannya” kata Sarah
“Sudahlah Sarah percaya padaku aku akan baik-baik saja di sana, kau tenang saja” kataku menyakinkan
“Ayo kita lakukan ritual itu, Angga kita akan memakai kamarmu” kata Gissel
“Jangan di kamar Angga Gissel, di kamar Sarah saja” kata Bobi
“Apa yang kau lihat Bobi” tanya Gissel
“Maya sedang memberontak, mereka ingin memepersembahkan jiwa Maya untuk ratu mereka” tukas Bobi
“Benar-benar gila, jelas-jelas mereka sudah tiada” kata Sarah
“Sarah aku ingin bertanya padamu, apa kau juga mempunyai kemampuan khusus?” tanya Gissela
“Mungkin, aku juga bisa berinteraksi dengan mereka” kata Sarah
“Baiklah, kemungkinan Angga akan celaka sangat kecil kita telah menemukan tenaga baru” kata Gissela
“Angga berbaringlah di tempat tidur” kata Bobi
“Apa yang akan terjadi?” tanyaku
“Aku tak tau, ingat Angga tujuanmu kesana hanya untuk menyelamatkan Maya dan waktumu hanya 2 jam” kata Gissela
“Pakailah gelang ini, gelang ini akan berubah menjadi hijau jika waktumu habis, ingat kembali sebelum 2 jam itu berakhir” kata Bobi memberikan gelangnya
“Satu lagi Angga, ingat letak lubang itu warna lubang ini putih jangan memasuki lubang lain selain lubang yang berwarna putih” kata Sarah
“Dari mana kau tau sarah?” tanya Gissela
“Aku pernah menonton film seperti itu” jawab Sarah
“Baiklah Angga, hanya jiwamu yang akan pergi kesana, kau harus percaya sepenuhnya pada kami” kata Gissela
Mereka pun memulai melakukan ritual tersebut, Bobi Gissel dan Sarah menggabungkan kekuatan mereka untuk membawa Angga ke tempat dimana Maya berada.

Kini jiwaku telah berada di alam lain, disana dipenuhi pohon yang menjulang tinggi, aku berjalan mencari keberadaan Maya tiba-tiba ada sesuatu yang menabrakku dan “Bruukkk” aku jatuh
“Siapa kau?” tanya seorang Genderuwo
“A… a… aku manusia” jawabku
“Hahahhahahahaha, apa kau mau menyelamatkan teman mu itu? Atau kau juga mau menukar jiwamu” kata Genderuwo sambil tertawa terbahak-bahak
“Katakan di mana temanku?” Aku memaksanya agar memberi tau ku
“Siapa kau, lawan aku dulu” kata Genderuwo
Aku pun melawannya tapi aku tak tau mengndalikan kekuatanku dan aku ambruk untuk kedua kalinya “Brukkk” Genderuwo itu menggendongku pergi ke suatu tempat sepanjang perjalanan aku melihat berbagai macam hantu dari yang kecil sampai yang tua. Aku pun diturunkan di sebuah tempat di sana aku melihat Maya dia diikat entah dengan apa yang aku lihat hanya sinar yang mengikatnya.
“Maya” panggilku
“Angga, sedang apa kau disini?” tanya Maya
“Aku akan menolongmu” jawabku tiba-tiba saja aku di bawa ke salah satu pilar dan aku pun diikat pilar itu tak berjauhan dengan pilar Maya. Kurasa aku dan Maya telah berada 1 jam disini dan gelang pemberian Bobi separuh sudah hijau.
“Maya bagaimana cara melepaskan diri, kita tak punya banyak waktu” kataku
“Aku tak tau Angga, kenapa tak kau tanyakan Gissela tadi dia mengetahui segala sesuatu seperti ini” kata Maya
“Ahh, betapa bodohnya aku mengapa aku tak bertanya sebelum ke sini” batinku
“Angga, kau bisa memlenyapkan para hantu dengan satu cara kau harus berani jangan ragu untuk membunuh mereka, hadapkanlah telapak tanganmu ke arah hantu yang akan kau bunuh sentuh mereka dan seketika mereka akan lenyap Angga” kata suara gaib
Akhirnya ku arahkan telapak tanganku ke arah tali yang mengikatku dan ternyata aku terbebas, hal yang sama ku lakukan pada Maya. Kami pun bisa meloloskan diri tapi saat kami ingin keluar kami dihadang dua genderuwo yang sangat jelek.
“Mau kabur kau?” kata genderuwo satu
“Tak bisa anak muda” kata genderuwo dua
“Angga kau harus berani dan hadapkanlah telapak tanganmu pada mereka” kata suara gaib itu lagi
“Rasakan ini” kataku sambil memegang mereka dan akhirnya mereka lenyap. Aku dan Maya berlari setiap ada hantu yang menghalangi jalanku aku memegang tangan mereka dan lenyap begitu sampai aku sampai di lubang tempatku keluar tadi tapi ada yang aneh mengapa lubangnya ada 2 dan aku kembali ingat perkataan Sarah masukilah luang yang berwarna putih. Aku yang masih menggenggam tangan Maya masuk ke lubang putih tapi ada sesuatu yang menahan Maya ku putuskan untuk keluar dari lubang tersebut dan aku menemukan Ratu para hantu tersebut, dia cukup menawan.
“Kau tak akan bisa pergi” katanya sambil tertawa pada kami
“Siapa bilang” kataku
“Sialan, kau benar-benar ingin mati” katanya sambil mengarahkan cahaya hitam kepadaku tapi dengan sigap ku hadapkan juga cahaya putihku ke arahnya dan menyuruh Maya masuk ke dalam lubang itu
“Maya masuklah dulu aku akan menyelesaikan urusanku dengan wanita tua ini” kataku
“Tapi Angga” katanya
“Sudahlah aku tak apa jangan khawatirkan aku, cepatlah pergi Maya” kataku
Maya pun amsuk kedalam lubang itu dan aku masih bertarung dengan Ratu hantu, ku lihat gelang pemberian Bobi semakin hijau, akhirnya ku keluarkan semua kekuatanku dan akhirnya dia ambruk dan aku berlari menuju lubang itu.
“Mau kemana kau” teriak ratu hantu
“Selamat tinggal” kataku bangga

Aku pun bangun kurasakan aroma parfum Sarah aku pun membuka mata
“Angga kau hebat” kata Sarah
“Dimana Maya?” tanyaku
“Dia telah menuggu di ruang tamu bersama Bobi dan Gissela ayo kita keluar” kata Sarah
Aku dan Sarah berjalan menuju ruang tamu
“Baguslah kalian telah kembali” kata Bobi
“Maya apa kau baik-baik saja?” tanyaku
“Ya. Kenapa?” kata Maya
“Tak apa” kataku
“Sekarang kita telah berkumpul bersama jangan memikirkan hal itu lagi” kata Gissela “Dan kau Sarah jangan pernah bermain petak umpet di malam jum’at dan dengarkan kata Angga” tambah Gissela
“Baiklah aku sangat menyesal” kata Sarah
“Mulai sekarang Sarah kau bisa bergabung bersama kami” kata Bobi
“Ayo kita menonton” ajakku
“Ayo” kata mereka kompak

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Doodle Art

Neraca Pembayaran

Pertumbuhan, Kesenjangan dan Kemiskinan